Bicara mengenai pengaderan di tingkat jurusan
Pengaderan Massal Terbatas. Sebenarnya merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran dan pengenalan tentang kemahasiswaan untuk regenerasi himpunan mahasiswa. Sasarannya tentu saja mahasiswa baru karena kita belum mengenal karakter dan potensi mereka. Selain untuk menjadi fungsionaris, harapannya mereka bisa mengondisikan kehidupan kampus yang lebih baik dan komunikasi antar angkatan tidak putus. Oleh karena itu, diperlukan sekelompok orang untuk mengonsep pengaderan.
Mengingat beberapa tahun yang lalu, berdasarkan cerita dari senior, pengaderan memang keras, banyak role play, dan lain-lain. Namun itu semata-mata untuk mereka sendiri, mahasiswa baru. Warga yang peduli akan menggunakan otak dan waktunya untuk membantu fungsionaris membuat konsep pengaderan yang baik. Memang terkesan bawel, tapi justru disitulah letak kepedulian mereka terhadap 'calon adik-adik' mereka. Hasilnya pun yang paling jelek adalah antar mahasiswa baru terjadi guyub serta muncul sosok-sosok yang menjadi pionir dalam angkatan tersebut.
Bagaimana dengan sekarang?
Semakin lama, mahasiswa yang masuk adalah orang-orang individualis yang lebih mementingkan diri sendiri. Entah karena efek pengaderan atau memang sudah dasarnya seperti itu. Hal inilah yang membuat himpunan semakin rapuh karena semakin kurangnya warga yang peduli. Bagaimana bisa dibilang peduli jika di setiap forum berjalan begitu saja tanpa pendapat atau ide yang berarti. Seakan-akan keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang paling tepat dan logis. Tidak ada pertanyaan mengenai asal mula mengapa terjadi keputusan seperti itu.
Justru aneh jika kamu merasa nyaman, karena itu tandanya warga semakin tidak peduliMiris? Tentu saja. Apalagi bagi para konseptor pengaderan. Agak useless juga mereka susah payah membuat konsep pengaderan tapi warga tidak peduli. Padahal yang akan dikader merupakan calon adik mereka. Jika hal ini terus berlanjut, masihkah diperlukan pengaderan massal terbatas?
No comments:
Post a Comment